Baik, terima kasih kepada panitia arak-arakan bulan Mei atas kesempatan yang telah diberikan.
Yang terhormat, ibu Ir. Shinfi Wazna Auvaria, S.T, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan UINSA, ibu Ir. Sulistiya Nengse, M.T selaku Sekretaris Program Studi Teknik Lingkungan UINSA dan Pembina Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan UINSA, saudara Fakarrudin Rafi, S.T (amin), menyusul, selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan UINSA, saudara Ferdika Naufal, S.T, menyusul juga, dan rekan-rekan Env beserta keluarga kita semua.
Sebetulnya, cukup sulit untuk meresumekan atau menyimpulkan pengalaman selama saya berkuliah di kampus kita tercinta, UINSA SBY.
Teknik Lingkungan. Jurusan impian saya sedari kelas dua SMA. Timbulnya keinginan tersebut berawal dari keinginan mulia masa muda. Yaitu, daerah tempat di mana saya tinggal, di Tangerang, yang kalau malamnya hujan lebat, pasti besoknya bolos sekolah. Bukan karena nakal. Ya, memang nakal, sedikit. Tapi, bolosnya karena, jalanan ke arah sekolah itu banjir yang asalnya dari kali atau sungai di bawah jembatan meluap. Motor, mobil, orang berangkat kerja, sekolah, dan toko di sekitar tutup semua. Gaada yang bisa ngelewatin. Satu-satunya cara adalah pakai perahu karet yg mirip dengan banana boat atau rafting dan itu adalah inisiatif warga sekitar untuk menyeberang. Sampai suatu ketika, ada pembangunan bangunan baru, tidak jauh dari lokasi banjir. Heboh warga. Usut punya usut, bangunan itu akan digunakan oleh DamKar atau pemadam kebakaran dengan segala truk besar dan peralatannya. Mungkin, pemerintah setempat udah capek denger laporan warga dan akhirnya disediakanlah fasilitas tersebut. Sampai sini, udah ketebak dong buat apa truknya. Pengalaman itu akan selalu tersimpan di dalam memori saya. Naik truk DamKar, menyebrangi lautan! Ya, bukan lautan, sih. Tapi, sungai. Sebuah perjuangan buat sekolah; mencari ilmu. Satu persatu warga antre untuk menyebrang. Pulangnya pun sama; numpang damkar lagi. Karena, entah mengapa, itu air gaadanya mau menguap ke atas. Walaupun, setiap orang yang berkunjung ke sana, hampir semua sepakat bahwa matahari di sana teriknya panas jasa (panas banget). Atau, karena memang airnya saja yang terus-menerus datang. Pokoknya, saya cinta DamKar. DamKar adalah sahabat kita semua *pakai nada Coki dan Tretan Muslim*.
Keresahan itulah yang memulai semua hal yang sudah terjadi sehingga saya bisa berdiri di sini. Mempelajari kondisi lingkungan, alasan kenapa kok selalu meluap, kenapa airnya tidak terserap dengan baik oleh tanah, pencegahan dari kerusakan alam lain, dan lain sebagainya. Ternyata, masalah ini kompleks; berkaitan dengan kebijakan pemerintah, sumber daya manusia yang memadai, ketersediaan alat, dan lain-lain. "Menyeberangi" rintangan dan lika-liku selama perkuliahan, "menumpang" ilmu dari tenaga pengajar serta lingkungan perkuliahan hingga akhirnya bisa sampai ke "pemberhentian" selanjutnya, pada hari ini, 27 Mei 2023. Mengenakan toga, baju wisuda, yang belum pernah terimpikan sebelumnya, bersama rekan-rekan seperjuangan sidang kemarin di bulan Ramadhan. Sangar kalian rek! (karena, sejatinya, ada cerita lucu di masa ini. HAHAHA.)
Isaac Newton pernah menulis, "Jika saya bisa memandang lebih jauh, itu adalah karena saya berdiri di atas bahu para raksasa." "If I have seen further, it is by standing on the shoulders of giants." Apa yang kita lakukan di perkuliahan ya itu tadi; mencoba berpijak pada ilmu yang diberikan dosen serta tenaga pengajar lainnya. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada jajaran dosen Teknik Lingkungan beserta staf serta orang tua dan keluarga kita semua.
Maka, jangan pernah lupa mengapa kita di sini. Di kondisi sekarang. Alasan mengapa kita memulai apa yang telah kita mulai. Ada keluarga yang menanti kita. Dan, yang terpenting, diri kita sendiri di masa depan, pun menanti kita. Lima tahun ke belakang, udah ngapain aja sih? Sepuluh tahun ke depan, akan melakukan apa ya?
Bila ada keinginan, niscaya ada jalan. Bukan begitu? Tetap tersenyum, walau sambil nangis sedikit. Gapapa. Kita manusia hanya bisa berusaha. Selebihnya, diserahkan kepada Yang Maha Kuasa. Asik.
Kemudian, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Shinfi Wazna Auvaria selaku Ketua Prodi Tekling UINSA yang juga merupakan dosen wali saya yang telah dengan sabar membimbing saya di dalam kampus maupun di luar kampus. Kemudian papah saya, mamah, dan kedua adik saya, yang telah menyempatkan hadir pada hari ini. Bukan hanya pada hari ini saja sebetulnya. Tapi, di saat masa-masa sulit dan bahagia. Jarang secara fisik, seringnya secara emosional. Lalu, kepada teman-teman seperjuangan sekalian. Kakak-kakak Env 1-3, angkatan 2017 Env 4, saudara Heru Nurrachmad selaku KomTing, dan adek-adek Env 5-9. Tidak lupa, berterima kasih kepada Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan UINSA yang telah menaruh kepercayaan kepada saya untuk "bereksperimen" di ProKer dan kegiatan himpunan, salah satunya pengaderan atau purification sekarang ya. Jujur, saya merasa bahwa purification semacam anak saya. Walaupun, saya, kan, gabisa lahiran, ya. Anak ideologi, mungkin. Gokil, bisa berkelanjutan. Apresiasi tertinggi untuk visi dan misi dari purification. Semoga, selalu bisa mengarahkan, dan, yang terpenting, mendukung potensi setiap individu; mahasiswa baru serta Warga Teknik Lingkungan UINSA. Karena, kita terlahir dengan minat dan potensi yang unik masing-masing. Mestakung, semesta mendukung.
Oke, sebelum saya kembalikan kepada panitia, mari kita berikan salam terbaik kita. Masih inget, ya?
Oke, satu-dua-tiga
salam lestari!
SALAM lestari!
SALAM LESTARI!
*Terinspirasi dari blog ka Zhafiraiha untuk akhirnya dipublikasikan saja. Kita sama-sama tidak sempat membawakan pidato kelulusannya wkwkw (she's been a role model to me for over a year now)
Comments